Subordinasi Tersembunyi : Mengurai Isu-Isu Sastra Budaya, Citra Tubuh, Pemberdayaan Perempuan, Kekerasan Politik Penulis :Dr. Malikah, S.Ag., M.Psi

Subordinasi Tersembunyi : Mengurai Isu-Isu Sastra Budaya, Citra Tubuh, Pemberdayaan Perempuan, Kekerasan Politik - Dr. Malikah, S.Ag., M.Psi Menjadi seorang seniman dan budayawan, tak perlu melepaskan dan mencampakkan agama. Karena dalam setiap agama jelas mengandung dorongan untuk mengembangkan kesenian dan keindahan yang berkualitas tinggi. Pengembangan dan pengukuhan spiritualitas lewat seni- budaya tidak bisa tidak, harus melewati suatu proses logis, bahwa ia tidak bertentangan dan tidak berlawanan dengan nilai-nilai keislaman. Jika tidak, dengan sendirinya, pengembangan dan pengukuhan yang dikerjakan tersebut, telah mengkhianati dirinya sendiri. Penetrasi kultur Barat dengan jenis dan teknologinya banyak menyusup ke daerah-daerah Islam dan sering saja diterima. Angkatan muda Islam mungkin tidak sedikit terbius sadar atau tidak oleh ekses-ekses seni budaya Barat : mereka sok modern, ke-barat-baratan, sementara mereka begitu antipasti dan menjauhi seni budayanya sendiri yang bernafaskan Islam. Utamanya perempuan masa kini sangat berat ujian hidup yang dilakoni. Gemerlapan dunia era global yang membawa kepada kemodernisasian kehidupan yang serba teknologi canggih dapat merusak moralitas kewanitaannya Dalam menyikapi subordinasi perempuan di ruang publik, perlunya pemahaman dalam ibadah dengan menengadah untuk mencari keridhaan Allah secara ikhlas. Seperti Rabiah al-Adawiyah seorang psikolog sufistik wanita yang melakukan ibadah bukan semata-mata karena takut (al-khauf) yaitu takut karena dimasukkan ke neraka, tetapi ia beribadah karena cinta (al-mahabbah) kepada Allah SWT. Jika cinta Allah telah diraih maka dengan sendirinya dapat menjauhkan seseorang dari api neraka dan mendekatkan seseorang dari kenikmatan syurga.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Profil Penerbit

Buku Psikologi Kepribadian (Paradigma, traits, kognitif, behavioristik dan Humanistik)

BUKU KIAI PROSTITUSI